Minggu, 27 Desember 2009

potensi kramat jati

Kramatjati
Uji Coba Pengolahan Air Limbah di Kramat Jati
Suara Pembaruan - 02 Oktober 2007

[JAKARTA] Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI tengah menjajaki kerja sama pengolahan air limbah dengan New South Wales, Australia. Sebagai tahap awal, satu unit alat pengolahan air limbah portable bantuan dari Australia-Indonesia Business Council (AIBC) akan diuji-coba di kawasan permukiman Kramat Jati, Jakarta Timur, bulan ini. "Ini bagian dari kerja sama sister city antara Jakarta dan New South Wales yang sedang kita coba tingkatkan," kata Wakil Gubernur DKI Fauzi Bowo, usai menerima kunjungan perwakilan AIBC Welly Salim, di Balaikota , Senin (1/10).

Menurut dia, ada beberapa fokus pembicaraan untuk kerja sama Jakarta dan New South Wales. Selain pengolahan air limbah, juga dibahas kemungkinan investasi pembangkit energi berbasis rumput laut, dan teknologi nuklir untuk kesehatan.

Dari ketiga program tersebut, lanjut Fauzi, pengolahan air limbah yang akan langsung diuji-coba untuk kemudian ditindaklanjuti dengan kerja sama. Pemprov DKI akan memperhatikan sistem pengolahan air limbah dari bantuan AIBC. Jika layak, baik dari sisi keamanan, manfaat dan biaya, pihaknya akan mempertimbangkan investasi untuk teknologi pengolahan air limbah yang ditawarkan New South Wales.

Ketika ditanya apa yang dita- warkan Jakarta terkait kerja sama dengan New South Wales, Fauzi mengatakan, pihaknya sedang menjajaki kemungkinan pengembangan ekspor hasil industri kerajinan ke Australia. "Produk-produk kerajinan kita, khususnya dari UKM cukup potensial dan berkualitas untuk dipasarkan di New South Wales," ujar Fauzi.

Sementara itu, Welly Salim mengatakan, Jakarta membutuhkan instalasi pengolahan air bersih terutama untuk kawasan permukiman padat, industri, dan permukiman yang belum terjangkau jaringan air bersih PAM Jaya. "Kedatangan kita untuk meminta masukan dari Pemprov mengenai lokasi yang bisa menjadi tempat percontohan untuk pengolahan air bersih. Setelah itu, tim kita akan turun dan meninjau apakah lokasinya cocok atau tidak," kata Welly.

Menurut dia, sebelum di Jakarta, AIB telah menyumbangkan tiga pengolahan air limbah portable yang dipasang di Yogyakarta, yaitu di Wonosari, Sleman, dan Gunung Kidul. AIBC juga memberikan bantuan serupa bagi warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ketika peristiwa bencana alam tsunami tahun 2004 silam.

"Alat sky hydrant ini, dapat menghasilkan air yang dapat langsung diminum dan terjamin tingkat ke- bersihan juga kesehatannya," ujar Welly. [J-9]
Sumber http://digilib-ampl.net/detail/detail.php?row=7&tp=kliping&ktg=airminum&kode=5619

Salak, Duku dan Emping Condet
Kamis, 27 Desember 2007 18:00 Administrator

Pemda DKI Jakarta ingin mengangkat kembali reputasi kawasan Condet, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, sebagai penghasil buahbuahan terbesar di Jakarta. Pemda DKI telah membebaskan lahan seluas dua hektar untuk cagar buah, yang terletak di kelurahan Batu Ampar. Di antara buah-buahan hasil bumi Condet, buah salak, duku, melinjo, dan kecapi, dikenal masyarakat luas.
Bukan hanya di Jakarta, tapi sampai ke daerah Bogor dan sekitarnya, karena rasanya yang lebih manis dibanding buah-buahan daerah lain. Salak Condet bagitu dikenal di masa lalu, karena rasanya manis dan masir. Jauh lebih manis dibanding salak pondoh dari Yogyakarta. Salak yang kini populer dan paling banyak dipasarkan di Jakarta, belum ada apa-apanya dibandiungkan salak Condet, kata sejumlah warga di Condet, yang dulu memiliki kebun salak di kediamannya.

Apalagi kalau dibandingkan salak Bali. Sayangnya, Condet sebagai penghasil salak terkenal di Jakarta itu kini tinggal kenangan. Sudah hampir tidak ditemui lagi pohonpohon salak yang tersisa, bila kitas menjelajahi kawasan yang sebagian besar penduduknya warga Betawi itu. Condet kini sudah menjadi 'hutan beton'. Sampai-sampai para penjual buah-buahan di Condet tidak lagi menjual salak dari daerah kelahirannya. Mereka menjual salak pondoh.
Salak Condet yang manis mereka tanam dan dapat dipetik setelah tiga tahun. Bertanam salak dilakukan secara naluri dan tak pernah diberi pupuk. Pupuknya hanyalah dari humus daun-daun kering yang jatuh di sekeliling pohon. Tapi bukan hanya salak yang membuat gubernur Ali Sadikin pada 1975 menetapkan Condet sebagai cagar budaya Betawi yang sayangnya kagak kesampean.

Luas daerah Condet terdiri dari tiga kelurahan (Bale Kambang, Batu Ampar dan Kampung Tengah), kurang lebih 632 ha (separuh Monas). Ketika Bang Ali menetapkannya sebagai cagar budaya, tumbuh-tumbuhan keras di sini hidup subur. Masih terdapat kebun-kebun yang boleh dikata tak tembus sinar matahari. Sehingga hari panas bagaimanapun teriknya orang dapat hidup santai, tulis Ran Ramelan dalam buku Condet Cagar Budaya Betawi.

Saat salak jadi primadona di Condet, di kelurahan Bele Kambang 60 persen penduduknya petani salak, 20 persen petani buah-buahan, 10 persen karyawan/buruh dan 10 persen lain-lain. Sedangkan di Batu Ampar 50 persen petani salak dan 20 persen buah-buahan. Di Kampung Tengah 40 persen petani salak dan 20 persen buah-buahan lainnya.

Tapi kini, sebagian besar pemuda Condet menjadi pegawai dan tukang ojek, setelah mereka melego tanah dan rumah-rumah mereka. Tapi, bukan hanya salak yang menjadikan Condet terkenal. Duku Condet tidak kalah manisnya dengan duku Palembang, yang kini juga banyak merajai pasar buah di Jakarta. Masih ada lagi buahbuahan lainnya, seperti sawo dan kecapi yang juga terkenal manisnya.

Belum lagi melinjo, yang oleh rakyat Condet dijadikan sebagai emping. Pohon melinjo, menurut para sesepuh di Condet, jumlahnya pernah mencapai ratusan ribu pohon. Tak heran ketika itu industri emping melinjo menjamur. Dulu banyak penduduk Condet terlibat dalam produksi emping. Terdapat sejumlah home industry. Begitu bergairahnya industri ini berkembang hingga kebutuhan melinjo tidak tercukupi. Sebagian harus didatangkan dari Banten.

Emping Condet terkenal gurih. Lebih gurih dari emping keluaran daerah lainnya. Karena, emping melinjo daerah lain sebelum digecek terlebih dulu melinjonya direbut. Sedangkan di Condet orang tidak merebusnya, melainkan di-nya-nya, yakni digoreng dengan pasir sebelum digecek, sehingga rasanya lebih gurih. Lagi pula emping Condet lebih tipis dari emping keluaran tempat lain. Biasanya warga Condet membikin emping lebar-lebar, digoreng dilipat dua. Sampai saat ini di Jl Condet Raya masih dapat kita jumpai beberapa pedagang emping. Sedangkan salak dan duku Condet sudah sulit ditemui.

Di samping emping, ada satu jenis makanan yang boleh dikata asing ditempat lain dan hanya terdapat di Condet, yakni goreng jengkol yang sangat digemari orang. Condet, yang sampai awal 1990-an masih berudara nyaman, juga dikenal masyarakatnya pandai dalam membuat dan mengelola berbagai jenis kue. Pada hari raya Idul Fitri, misalnya, kita akan dapat menikmati dodol Condet yang warnanya kecoklat-coklatan, gurih dan manis. Rata-rata rakyat Condet pandai membuat dodol, makanan khas Betawi.

Di samping dodol, kueh terkenal dari Condet adalah geplak. Dibuat dari tepung beras dan kelapa yang diparut. Kue-kue yang juga jadi kebanggan warga Condet adalah wajik yang hampir selalu nongol pada hari-hari lebaran. Masih ada belasan kue lagi yang tiap pagi banyak dijual untuk sarapan, seperti kue care, kueh jongkong, kue bugis, kue pepe, onde-onde, dan kue talam. Pada waktu silam gadis-gadis Condet diharuskan pandai membuat kue. Maklum kala itu kepandaian memasak seorang gadis menjadi salah satu syarat saat dilamar.

Di atas lahan dua ha di Bale Kambang, kini Condet diupayakan untuk menjadi cagar budaya buahbuahan, sekalipun hanya bagian kecil dari yang pernah terdapat di sini ketika Condet belum banyak penghuninya seperti sekarang. Mengutip Ibnu Umar Yunior dalam Fenomena Kramat Jati, menurut para sesepuh Condet, sejak kakek buyut mereka Condet memang sudah dipenuhi berbagai jenis buahbuahan. Sedangkan menurut data 1993, 18 tahun setelah Bang Ali menetapkan Condet sebagai cagar budaya, terdapat 6000 pohon duku dan 200 ribu pohon salak.
Sumber http://kramatjati.info/index.php?option=com_content&view=article&id=20&catid=17&Itemid=27

PPMK: Oleh Warga untuk Warga
Jumat, 17 April 2009 07:37 Penulis2
Jika kita melihat di lingkungan pemukiman kita ada pengaspalan jalan lingkungan atau renovasi saluran air, maka kita langsung ingat Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Karena program yang dicanangkan sejak tahun 2002 inilah yang berada di garis terdepan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pos dana yang digunakan untuk itu disebut dana PPMK untuk bina lingkungan fisik. Di samping itu ada juga program bina sosial yang mengurus permasalahan sosial seperti pelatihan ketrampilan.

Untuk meningkatkan kinerja masyarakat dalam mengelola PPMK ini maka pada Sabtu dan MInggu lalu (11/4 dan 12/4) diadakan pelatihan bagi para wakil lembaga kemasyarakatan seperti ketua RT, ketua RW, para anggota Dewan Kelurahan serta berbagai utusan lainnya di kelurahan Batu Ampar. Ada 4 nara sumber yang diundang untuk memberi pelatihan dan pengarahan yaitu Tasfiar Thalib dan Sri Daljoko SH dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Jakarta Timur, Slamet Tardjo SE dari Suku Dinas Koperasi dan UMKM jakarta Timur serta dari Kepla Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Timur.

Padi dalam Pot di SMPN 209 Jakarta
Jumat, 03 April 2009 02:54 Penulis2
Setelah 4 bulan lebih akhirnya tanaman padi dalam pot yang ditanam di pelataran SMPN 209 yang berlokasi di Kampung Tengah, Kramat Jati sudah layak panen. Di dalam 132 pot tumbuh secara perlahan-lahan tanaman padi mulai dari kecil hingga menguning dan bulir-bulirnya makin merunduk berisi. Ember-ember hitam yang berfungsi sebagai pot merupakan sumbangan dari para siswa baru angkatan 2008/2009. Para siswa dari kelas VII yang dibimbing oleh Suhri S.Pd (No HP.: 0813 79733770), guru Bahasa Indonesia, telah bersusah payah sejak tanggal 22 Nopember 2008 merawat dan menyiram kumpulan padi tersebut. Kendalanya antara lain burung-burung yang memakani bulir serta piket siswa untuk menyiram di waktu liburan. Segala upaya itu terbayar sudah jika melihat hasil buliran-buliran besar yang bibitnya berasal dari Jepang yang diusahakan oleh salah satu orangtua siswa.
"Menanam padi dalam pot ini dapat menjadi pelajaran bagi para murid bagaimana proses pertumbuhan padi secara langsung, di samping menunjang proses penghijauan di sekolah.", Suhri yang juga mengembangkan budidaya padi dalam pot di rumahnya sendiri dan di Kantor Kelurahan, di mana ia adalah anggota Dewan Kelurahan.
embatan Condet Dibuka Kembali
Minggu, 01 Maret 2009 15:29 Penulis1

Setelah hampir 2 tahun tidak beroperasi, Jembatan yang menghubungkan Condet Bale kambang dan Pasar Minggu akhirnya dibuka kembali hari Senin(29/12) bertepatan dengan tahun baru hijriah. Jembatan yang dulunya menggunakan konstruksi jembatan gantung kini berkonstruksi bentangan beton dengan panjang 80 meter. Dengan lebar 4 meter kini para pejalan kaki dan pengendara sepeda motor lebih leluasa dan nyaman untuk menyeberang kali Ciliwung dibandingkan ketika jembatan gantung yang bergoyang-goyang. Cuma di kedua sisinya terdapat tanjakan yang tajam hingga 45 derajat yang membuat sepeda motor harus digas dan pejalan kaki agak berat.

Pembangunan jembatan ini pada awalnya direncanakan hanya 150 hari, tetapi karena terkendala transportasi besi-besi konstruksi berukuran besar yang sulit dibawa melewati jalan Jembatan dengan alat berat makanya proses pengerjaan menjadi berlarut-larut.
Selama hampir dua tahun ini warga yang akan ke Pasar Minggu menggunakan eretan/getek untuk menyeberang sungai Ciliwung atau memakai jalur memutar yang memakan biaya dan waktu. Dengan dibuka kembalinya jembatan ini masyarakat mendapat manfaat yang banyak.

"Masyarakat sangat gembira sekali dan saya juga merasakan sangat berterima kasih atas jadinya jembatan gantung yang sudah kita nanti-nantikan, walaupun agak terlambat. Betul-betul alhamdulillah bang Foke (Gubernur Fauzi Bowo red.) punya perhatian dulu, mungkin kalau dia tidak punya perhatian ini jembatan belum dibuat.", begitu tanggapan dari Haji Tetem Sumardi, tokoh masyarakat Balekambang yang rumahnya terletak tepat ujung jembatan yang baru dibuka itu.(afs)
Sumber http://kramatjati.info/index.php?option=com_content&view=article&id=311:jembatan-condet-dibuka-kembali&catid=18:kramat-jati-aktuel&Itemid=26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar