Jumat, 28 Juni 2013

Kelurahan Cipayung sebagai Kawasan Industri Rumah Tangga Kelurahan Cipayung sebagai Kawasan Industri Rumah Tangga WILAYAH ini memiliki potensi yang besar untuk berkembang sebagai kawasan industri rumah tangga (home industri). Warga di sini banyak yang memiliki kegiatan usaha khususnya pembuatan kasur lantai. Maka tidak urung Wilayah Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur belakangan ini lebih dikenal sebagai salah satu kawasan home industri yang terus berkembang. Produksi kasur lantai hasil karya warga Cipayung, kini sudah dikenal di sejumlah daerah di tanah air. Keberhasilan home industri di Cipayung tidak terlepas dari pembinaan dan peran Muhammad Yunus S. sos, selaku Kepala Kelurahan Cipayung yang sudah menjabat sekitar empat tahun. Yunus dikenal sangat giat membina warganya untuk terus meningkatkan hasil karya dan menanam cita-cita suatu saat kasur lantai hasil karya warganya bisa menjangkau hingga ke mancanegara. Untuk mengangkat citra industri rumah tangga di kawasan Cipayung, sangat diperlukan perhatian pemerintah, baik untuk permodalan maupun promosi penjualannya. Selama ini usaha kecil dibidang pembuatan kasur lantai tersebut hanya bermodalkan ketekunan darei warganya. Saya berharap pemerintah khususnya departemen perindustrian bisa membantu memasarkan dan mempromosi kasur lantai buatan warga Cipayung hingga ke luar negeri, kata pria kelahiran Jakarta 9 November 1961 dalam perbicaraan dengan Pelita minggu pekan lalu. Menurut ayah dua orang putra itu, kehadiran home industri di Cipayung sangat membantu program pemerintah pusat dalam memberantas pengangguran. Home industri di Cipayung kini menampung 1000 tenaga kerja, ujar mantan Wakil Luruh Ciracas, Jakarta Timur. Pihaknya terus melakukan pembinaan dan kerjasama dengan berbagai pihak sehingga suatu saat hasil home industri warga Cipayung bisa go internasional. Pembinaan yang kita lakukan untuk peningkatan usaha dan meningkatkan daya serap tenaga kerja, tutur putra Betawi asli itu. Selama menjadi Lurah Cipayung yang kini mamasuki tahun keempat, Muhammad Yunus yang dibesarkan di kawasan Kramatjati, Jakarta Timur mengaku tidak menemui kendala dalam memimpin warga. Pria berkumis tipis itu punya prinsip dalam menghadapi warganya yang jumlahnya mencapai 22 ribu orang. \"Prinsipnya kita tidak memandang status sosial warga kita, ujarnya. Ketika Pemda DKI Jakarta mengeluarkan keputusan pemusnahan unggas terkait penyebaran penyakit plu burung bagi Yunus tidak merasa terbebani. Sebab, kedekatan dengan warga cukup membantu tugasnya dalam melaksannakan tugas mencegah meluasnya wabah penyakit yang mematikan tersebut. Warga dengan suka rela menyerahkan unggas peliharaannya kepada petugas kelurahan untuk dimusnahkan. Kalau yang masih bisa dimamfaatkan kita serahkan kepada warga untuk dimamfaatkan, apakah dipotong untuk dimakan atau dijual jika ada yang mau membeli, imbuh mahasiswa pasca sarjana Universitas Borobudur Jakarta. Bagi suami Ny Eny Suryana dalam melaksanakan tugas sebagai pamong kedekatan dengan warga sangat penting. Setiap ada kesempatan Yunus selalu menempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah warganya. Meski diantara warga yang dipimpinnya terdapat beberapa perwira tinggi, namun Yunus tidak merasa canggung dalam menghadapinya. Sebagai pamong harus bisa mengayomi baik warga lapisan bawah mau pun lapisan atas. Apalagi menyangkut masalah PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) menurut Yunus warga dari kalangan perwira tinggi lebih aktif dalam memenuhi kawajibannya. PBB yang ditargetkan pihak Kotamadya Jakarta Timur, katanya 80 persen berhasil diatasi. Warga Kelurahan Cipayung yang umum pegawai baik negeri maupun swasta cukup sadar akan kewajibannya. Diakui Yunus masalah PBB sedikit terkendalam bagi penduduk asli yang memiliki lahan luas, tapi mereka tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga pembayaran PBB sering tersendat. Yunus dikenal sebagai lurah yang sering keliling wilayah untuk mencari tahu jika ada keluhan warga. Untuk mencari aspirasi yang diinginkan warga setiap lima belas hari Yunus selalu melakukan tatap muka dengan Ketua RT dan RW. \"Tatap muka dengan Ketua RT dan RW sangat penting. Yang mengetahui tentang keluhan warga adalah Ketua RT, tambahnya.(cr-7) M Yunus, Semula Ingin Jadi Penerbang KETIKA masih mengeyam pendidikan di bangku SLTA Muhammad Yunus bercita-cita ingin jadi penerbang. Alasannya dia mau mengikuti jejak abang kandungnya yang menjadi mekanik di salah satu perusahaan penerbangan. Meski Yunus remaja sangat bersemangat untuk menjadi penerbang, tapi ada ketakutan yang muncul dihatinya. Bukan masalah pewasatnya jatuh, melainkan takut jarang pulang sehingga dia tidak bisa berkumpul dengan keluarga. Menurut Yunus, pihak keluarga kurang mendukung jika dia jadi penerbang. Sebab, abangnya yang menjadi mekanik pesawat sangat jarang pulang dan berkumpul dengan keluarga. Sebentar-sebentar terbang atau sekolah di luar negeri. Abang saya jarang berkumpul dengan keluarga, ujar alumnus salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Diceritakan Yunus, setelah niatnya putus untuk jadi penerbang dia beralih ingin jadi pegawai negeri. Alasannya cukup logis. Ayahnya yang pegawai PU terlihat sangat tenang hidupnya dan dapat pensiun dihari tua. Pada 1985 ketika ada penerimaan pegawai baru di Pemda DKI Jakarta dengan berbekal ijazah SLTA dia pun mencoba mengikuti tes calon pegawai negeri. Alhamdulillah diterima, ujar lurah yang memiliki wilayah yang dipimpinnya seluas 308,5 hetar. Yunus memulai karir sebagai pegawai negeri hingga dipercaya memimpin Cipayung dari staf Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Untuk menunjung karirnya berbekal gaji yang diterima Yunus melanjutkan studi disalah satu perguruan tinggi swasta hingga mendapat gelar sarjana.(cr-7) http://www.pelita.or.id/baca.php?id=32303